Protokol Spiritual Corona di Harlah Bung Karno

Komentar

Serangkaian kegiatan mensyukuri Hari Lahir Sang Proklamator digelar di Situs nDalem Pojok Persada Soekarno, di Kabupaten Kediri.

RITUAL unik digelar menjelang dimulainya acara Tasyakuran Hari Lahirnya Bung Karno di Situs nDalem Pojok Persada Soekarno, di Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Sabtu, 06 Juni 2020, siang.

Hadirin tak hanya melalui sejumlah protokol kesehatan, namun juga protokol spiritual. Begitulah. Masuk dari kantor Persaudaraan Cinta Tanah Air samping Sanggar Sasono Panji Saputro. Hadirin bermasker, cuci tangan, disemprot disenfektan serta diukur suhu badannya. Itu protokol kesehatannya.

Panitia ternyata juga menetapkan protokol spiritualnya. Bahwa, hadirin harus melintasi asap kemenyan, diiringi bacaan mocopat yang dibacakan oleh tokoh berpakaian Jawa, Ki Bukhori. Peserta juga diwajibkan untuk minum jamu empon-empon yang disediakan

“Ini bagian dari doa dan ritual untuk mengusir Corona. Sementara jamu empon-empon itu pernah disampaikan oleh seorang kyai besar dari Jombang, bisa untuk mencegah dan mengobati penyakit Corona,” kata Kushartono, pengelola Situs nDalem Pojok, saat memberikan sambutan.

Acara diawali dengan diskusi. Menghadirkan pakar sejarah, Fachris (sejarawan Kediri), Dian Sukarno, penulis buku Trilogi Spiritualitas Bung Karno serta Syifa, aktifis pemuda.

Dalam acara tersebut, juga digelar santunan kepada 20 anak yatim serta 17 kaum dhuafa. Acara diakhiri dengan pembacaan mocopat, tumpengan serta doa bersama yang dipimpin oleh Gus Fa’i dari pondok Jimus, Wates, Kediri.

“Pada 119 tahun lalu, Putra Sang Fajar lahir dan menyinari kita. Maka, pada kesempatan kali ini, kita akan mendalami dan meneladani lebih jauh, Bapak Ir Soekarno,” kata Eko Priyatno, Kepala Seksi Museum dan Cagar Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri saat menyampaikan sambutannya.

Eko menyampaikan harapannya semoga ajang peringatan Hari Lahir Bung Karno ini dapat memupuk kebangsaan dan memperkuat jati diri Kediri serta meningkatkan persatuan dan solidaritas bersama.  “Mudah-mudahan dengan diskusi ini, nDalem Pojok bisa menjadi perekat bangsa,” tambahnya.

Situs nDalem Pojok Persada Soekarno memiliki nilai sejarah karena di sinilah Sang Putra Fajar sempat tinggal ketika berusia 2-5 tahun. Selain itu, di Situs nDalem Pojok juga tempat bergantinya nama Sang Proklamator dari Koesno menjadi Soekarno.

Rumah ini merupakan kediaman ayah angkat BK, Soemosewojo. Terdapat banyak jejak sejarah yang menunjukkan jika Soekarno muda pernah tinggal di situ. Bahkan, ketika awal mula menjabat Presiden, banyak saksi sejarah mengisahkan Bung Karno beberapa kali ke nDalem Pojok.

Keberadaan sejarah Soekarno di Pojok ini diakui oleh Yayasan Bung Karno yang meresmikan Situs nDalem Pojok sebagai Persada Soekarno pada 28 Oktober 2015.  Sedangkan, Pemerintah Kabupaten Kediri menetapkan Situs nDalem Pojok sebagai Cagar Budaya tiga tahun berselang.

Sangat menarik diskusi perihal statement beliau “Ayahku adalah Sultan Kerajaan Kediri,” pada Harlah ke-119 di situs nDalem Pojok yang kami hadirkan pada tulisan berikutnya. (dan)

 

Tim Kediriapik
Berikutnya

Terkait Posting

Komentar