Buku ‘Songsong Masa Depan Cerah’ menjadi sorotan utama dalam acara kolaborasi yang digelar oleh Klinik T.O.A Jala Puspadi BG Junction Mall, Surabaya.
kediriapik.com – Di balik karya yang apik, pasti ada perjuangan panjang. Lelah yang bergelayut bakal terabaikan. Dilawan oleh semangat yang berapi-api. Maka, ketika tujuan tercapai: terwujudlah karya itu, kebahagiaan tak terkira yang berderai. Segala lelah itu terbayarkan sudah.
Kisah mewujudkan buku ‘Songsong Masa Depan Cerah’ ini dikisahkan oleh dr. Sulantari, Kepala Unit Taman Observasi Anak (TOA) Jala Puspa RSAL dr Ramelan Surabaya dalam acara kolaborasi di BG Junction Mall di Surabaya, Ahad (15/12/ 2024).
Dr. Sulantari mengisahkan perjuangan pembuatan buku ‘Songsong Masa Depan Cerah’ yang ditulisnya bersama MK Nur Habib, seniman sekaligus aktivis Lesbumi, lembaga seni Nahdlatul Ulama’ yang berasal dari Sumbergayam, Kepung, Kabupaten Kediri.
Selama hampir setahun, Nur Habib harus bolak-balik Kediri-Surabaya bahkan dalam cuaca hujan sehingga sering basah kuyup.
Dia berperan penting dalam penciptaan buku ini. Komitmennya untuk melakukan sosialisasi di lapangan, serta upayanya dalam menyalurkan buku ke berbagai institusi pemerintah, menambah nilai buku ini sebagai sumber edukasi dan informasi yang tak ternilai.
“Mohon maaf kalau buku ini ada bau-bau sejarah, karena adikku ini seorang ‘budayawan’, dia ini Pelukis Cekakik Indonesia yang sampai mendapatkan penghargaan dari Menara Madinah Award sebagai Maestro Lukis Cekakik'”: jelas dr. Sulantari, sambil menepuk-nepuk bahu Nur Habib, disambut tepuk-tangan hadirin.
Selain itu, Sulantari juga mengucapkan terima kasih kepada: Drs. Husnu Mufid, M.Pd.I direktur Menara Madinah Publishing yang dengan perjuangan keras berhasil menerbitkan buku sampai mendapatkan ISBN.
Dr. Sulantari mengajak pembaca menyelami inti dari buku ini yang menawarkan pelajaran berharga bagi orang tua, tenaga medis dan masyarakat umum dalam menangani gangguan pendengaran pada anak.
Sulantari juga mengisahkan fenomena bullying bagi anak berkebutuhan khusus. Dia bisa berempati dengan kondisi tersebut karena pernah pada posisi serupa. “Saya kenyang bully sejak SD,” katanya.
Dia juga berpesan pada anak-anak agar tidak menamai diri dengan ‘anak bisu-tuli’ tetapi katakan: “Saya anak pasca gangguan dengar” karena fakta nya kalian semua sekarang sudah ‘mendengar dan bicara’, dan berbanggalah bahwa untuk bisa mendengar dan berbicara itu orang tua kalian sudah berjuang dengan sangat luar biasa, berkorban apa saja, waktu, tenaga, pikiran, waktu dan dana (uang),” katanya panjang lebar.
Buku ini tidak sekadar kumpulan informasi; ia mencerminkan perjalanan berdirinya T.O.A Jala Puspa dan kontribusinya terhadap penyuluhan serta penanganan gangguan dengar pada bayi dan anak. Di dalamnya terdapat sejarah mengenai pendirian klinik, profil tim medis yang berkomitmen, dan berbagai kisah inspiratif dari anak-anak yang berhasil mengatasi tantangan pendengaran mereka.
Dr. Sulantari menjelaskan bahwa buku ini adalah bentuk ucapan syukur atas dukungan dari orang tua dan anak-anak istimewa yang terlibat. Pesan-pesan yang dituangkan dalam buku ini menggarisbawahi pentingnya deteksi dini gangguan pendengaran. “Setelah menerima buku ini, baca, dan mari kita sosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya deteksi dini,” ujarnya, menekankan perlunya kampanye berkelanjutan.
Salah satu aspek menarik dari buku ini adalah contoh-contoh nyata anak-anak pasca gangguan dengar yang telah menunjukkan prestasi tinggi di bidang akademik dan non-akademik. Hal ini memberikan harapan kepada orang tua bahwa dengan intervensi medis yang tepat dan dukungan, anak-anak mereka juga bisa meraih mimpi.
Buku ini juga menyimpan tantangan yang dihadapi oleh keluarga dengan anak berkebutuhan khusus. Dr. Sulantari mendorong orang tua untuk tidak merasa tertekan oleh stigma sosial, melainkan untuk bangga dengan pencapaian anak-anak mereka. “Kita semua sudah berjuang keras, mari kita teruskan usaha ini,” katanya dengan penuh semangat.
Secara keseluruhan, Songsong Masa Depan Cerah adalah buku yang perlu dibaca oleh siapa saja yang peduli dengan isu gangguan dengar pada anak. Ia memberikan panduan, inspirasi, dan harapan, serta menekankan pentingnya peran orang tua, tenaga medis, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dan inklusif.
Sebagai sebuah karya, buku ini bukan hanya menjadi bagian dari literatur kesehatan, tetapi juga sebagai jembatan bagi anak-anak pasca gangguan dengar untuk melangkah ke arah masa depan yang lebih cerah.
Mengangkat Tabir Kesadaran Masyarakat akan Pentingnya Deteksi Dini Gangguan Dengar
Secara umum isi Buku Songsong Masa Depan Cerah : Tentang Alur Pelayanan di T.O.A Jala Puspa, sejarah kelahiran Jala Puspa, Personil Team Jala Puspa, contoh-contoh anak pasca gangguan dengar yang sudah berprestasi bisa masuk sekolah dan upaya sosialisasi terus menerus tentang deteksi dini gangguan dengar bayi-anak.
Buku ini juga mengangkat fenomena masyarakat yang dihadapkan pada kenyataan pahit: banyak anak dengan gangguan dengar-bicara yang disembunyikan oleh orang tua. Akibatnya, anak-anak tersebut mengalami bisu-tuli dan terpaksa berkomunikasi dengan bahasa isyarat.
“Deteksi dini tradisional belum cukup akurat. Kini, teknologi memungkinkan deteksi dini yang lebih akurat dan efektif,” katanya.
Buku ini memperkenalkan pentingnya deteksi dini gangguan dengar pada anak-anak. Menurut Nur Habib, deteksi dini bertujuan mencegah gangguan dengar menjadi lebih parah, membantu anak-anak berkomunikasi efektif dan meningkatkan kualitas hidup anak-anak.
Buku Songsong Masa Depan Cerah juga memaparkan kiprah T.O.A Jala Puspa RSPAL dr Ramelan di Surabaya menjadi salah satu pusat layanan yang memelopori perubahan ini. Klinik ini menawarkan peralatan modern dan tim medis berpengalaman.
“Kami berharap buku ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan mendukung anak-anak dengan gangguan dengar untuk mencapai potensi maksimal,” tambah Nur Habib.
Komentar