oleh Devy M. Ystykomah *)
Lahir dari rahim Temu Pendidik Nusantara (TPN) tahun 2014 lalu, Komunitas Guru Belajar Nusantara telah bertransformasi menjadi episentrum perubahan guru.
Para guru yang awalnya terkungkung dalam eksklusivitas, menganggap ilmu dan prestasi hanya untuk karier mereka, kini banyak yang mau berbagi dengan guru lainnya. Tentang praktik baik yang mereka lakukan di kelas, perjuangan mereka mendidik murid, hingga aktualisasi pelajaran dan semua dinamikanya.
Apalagi sejak KGBN resmi menjadi organisasi profesi (orprof) guru pada 25 Oktober 2019, dampaknya semakin nyata. Wadah ini kian dipercaya guru-guru di seluruh Indonesia. Sekitar 20 ribu lebih keanggotaan guru aktif yang tersebar di 220 kabupaten/kota serta ribuan partisipan di sejumlah kegiatan, membuat KGBN bersemangat untuk melangkah menggapai tujuan pendidikan.
Baik secara internal dengan mewujudkan visi misi organisasi, tetapi juga menggandeng sejumlah orprof yang punya agenda senada.
Apa tujuan KGBN?
Sebagai organisasi yang lahir dari semangat Merdeka Belajar, KGBN setidaknya punya lima tujuan yang ingin dicapai.
Pertama, memperjuangkan kemerdekaan belajar guru. Penyeragaman yang selama ini dilakukan membuat guru terlalu bergantung pada panduan. Banyak dari mereka kehilangan kemandirian dan kepercayaan diri dalam menghadapi tantangan. Padahal problematika pendidikan sangat beragam dan kompleks. Sulit rasanya membayangkan ekses persoalan-persoalan itu bisa diselesaikan dengan satu pendekatan saja. Guru harus dimerdekakan untuk mencari ilmu pengetahuan dan menggali berbagai perspektif baru.
Kedua, KGBN ingin memastikan setiap guru berkesempatan mengembangkan kompetensi. Sebagai ujung tombak dan garda terdepan pendidikan, guru harus memiliki kompetensi yang cukup dari berbagai aspek. Hal itulah yang nanti akan menjadikan guru berdaya dan mampu berperan di dunianya. Bagaimana misalnya mereka menguasai mata pelajaran (mapel) yang diampu, sekaligus punya kemampuan mengajarkannya dengan baik ke murid. Begitu pula kompetensi guru berkolaborasi dengan berbagai guru mapel lainnya.
Ketiga, memberdayakan guru agar terlibat dalam kolaborasi yang beragam. Guru diharapkan mampu memperluas cakrawala pengetahuan dan keterampilannya dengan berbagi praktik baik bersama guru lainnya. Apa manfaatnya? Tentu ujungnya adalah bagi murid. Pengayaan guru akan memberi mereka banyak inspirasi untuk belajar dan mengajar secara lebih baik.
Keempat adalah selalu memberi dukungan bagi guru untuk mengembangkan kariernya. Terkait jabatan mereka atau karier protean yang mereka pilih.
Kelima, KGBN ingin mewujudkan tata kelola organisasi yang adaptif pada perubahan. Organisasi yang terus berkembang dan berinovasi menghadapi pelbagai tantangan dari generasi ke generasi. Apapun sistemnya, apapun zamannya. Kini hingga kelak.nanti.
Guru Belajar yang Berhak Mengajar
Ibarat perjalanan panjang, KGBN sekarang pasti belum sampai di garis akhirnya. Bahkan perjalanan ini baru dimulai.
Sejauh ini, apakah organisasi ini nihil tantangan? Justru sebaliknya. Tantangan datang silih berganti. Bermetamorforsa dalam berbagai bentuk dan kepentingan.
Namun apakah KGBN akan berhenti dan berpaling arah? Tidak. Tidak akan ada kata menyerah. Jujur, letih selalu datang. Namun di saat yang sama, datang pula teman-teman guru untuk saling menguatkan. Saling menjaga agar bisa sampai tujuan bersama-sama.
Apalagi di pundak kita ada murid-murid, generasi yang harus kita jaga. Mereka yang mungkin menyibukkan di kala waktu senggang kita. Mereka yang ingin bermanja di tengah kepenatan kita. Mereka yang butuh pelita di saat kegelapan menyapa. Mereka yang menggantungkan cita setinggi langit dengan menapaki tangga yang kita bangun selangkah demi selangkah.
Bukankah itu selalu jadi penyemangat? Bukankah itu akan terus membuat api kita menyala?
Guru-guru baik yang akan terus belajar bagi murid-muridnya. Sepanjang waktu. Sepanjang hayat. Karena hanya guru belajarlah yang berhak mengajar.
Terima kasih untuk kalian para guru. Panjang umur perjuangan! (*)
*) Devy M. Ystykomah adalah guru bahasa Indonesia yang aktif sebagai Wakil Ketua Umum Komunitas Guru Belajar Nusantara dan Fasilitator Nasional Pusat Penguatan Karakter Kemendikbudristek RI. Saat ini menempuh pendidikan S2 Fakultas Sastra di Universitas Negeri Malang.
Komentar