Sebelum proklamasi kemerdekaan, sejumlah pemuda memaksa Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun, Bung Karno menolak dan bersikukuh pada tanggal 17 Agustus 1945. Ada Apa?
“MENGAPA harus tanggal 17 Bung? Mengapa tidak sekarang saja? Atau tanggal 16?” tanya golongan muda pada Soekarno.
Di depan pohon Kanthil di Situs nDalem Pojok, Wates Kabupaten teatrikal itu digelar sebelum upacara Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia ke-76, Selasa (17/8/2021) pagi. Seseorang berperan sebagai Bung Karno duduk. Dikelilingi pemuda yang memaksanya segera mengumandangkan kemerdekaan.
“Ini batang leherku. Seret aku ke pojok itu dan potong leher saya. Saya tidak akan memproklmirkan kemerdekaan kecuali nanti tanggal 17 Agustus,” gertak Soekarno marah.
Ada apa? Mengapa harus nyawa dipertaruhkan demi tanggal 17 Agustus?
Sutradara teatrikal Yustiono Fathoni mengungkapkan, teatrikal ini mengungkapkan misteri pemilihan tanggal 17 Agustus 1945. Ternyata, ‘tanggal 17’ bukan asal ditentukan. Sebelum Proklamasi, Bung Karno mendapatkan petunjuk dari empat ulama’ tasawwuf bahwa Proklamasi Kemerdekaan Bangsa harus dibacakan tepat pada tanggal 17 Agustus 1945. Tidak boleh sebelumnya ataupun sesudahnya.
“Empat ulama’ inkisaf ini adalah Kyai Hasyim Asy’ari Jombang, KH. Abdul Mu’thi Madiun, Syech Musa Cianjur dan RMP. Sosro Kartono Jepara,” ujar Pimpinan Sanggar Sasono Pandji Nuswantoro ini.
Tanggal 17 Agustus 1945 itu bertepatan pada tanggal 09 Bulan Romadlon, harinya tepat pada Jumat Legi. Jawaban atas misteri ‘tanggal 17’ itu juga dikaji dalam Buku Api Sejarah. Menurut empat ulama’ itu ada bahaya besar jika lolos dari tanggal 17 Agustus 1945.
“Kyai Hasyim Asy’ari menyampaikan pada Bung Karno jika Proklamasi Kemerdekaan Bangsa lepas dari tanggal 17 Agustus maka akan terjadi pertumpahan darah sepanjang masa. Kemudian Syech Musa menyampaikan jika dibacakan diluar tanggal 17 Agustus maka yang akan merdeka hanya Jawa dan Sumatra,” kata Kushartono, ketua Harian Situs nDalem Pojok Persada Soekarno Kediri
“Eyang Sosrokartono juga mengatakan untuk mencari momen istimewa seperti tanggal 17 Agustus yang bertepatan dengan tanggal 09 Bulan Romadlon hari Jumat Legi tunggu 350 tahun lagi,” tambahnya.
Maka momen Proklamasi Kemerdekaan Bangsa 17 Agustus itu sangat syakral. Sekiranya bukan semata-mata keputusan Bung Karno, menurut Kus, merupakan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dilewatkan empat ulama tersebut. “Prof. Mansur Surya Negara Penulis Buku Api Sejarah pernah datang ke Ndalem Pojok jadi sedikit banyak saya tahu alasan tanggal 17 Agustus itu,” ujar pria yang juga menjabat Ketua Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia Kabupaten Kediri ini.
Upacara kemerdekaan di Situs nDalem Pojok ini diikuti oleh sejumlah komunitas, dari komunitas sepeda ontel, komunitas budaya dan lintas agama. Selain dilakukan secara langsung, upacara ini juga diikuti secara online dengan peserta di sejumlah wilayah di indonensia. (danu sukendro)
Komentar