Menelusuri Jejak M Yusuf, Pejuang yang Gugur di Kampung Kauman Pare

Komentar

Nama Mochamad Yusuf abadi sebagai salah satu nama jalan di Kampung Kauman, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Yusuf adalah tokoh perlawanan yang mati di tangan Tentara Belanda pada Agresi Militer I, 1947 silam.

MALAM hari menjelang  puncak peringatan kemerdekaan (16/8/2021), kesibukan terlihat di Jalan Mochamad Yusuf, Kampung Kauman, Pare, Kabupaten Kediri. Ratusan warga bersila mengitari makanan, nasi kuning serta lauknya yang diselimuti daun pisang. Usai berdoa, mereka bergegas menyerbu makanan yang tersaji.

Begitulah suasana malam tirakatan di Jalan Mochamad Yusuf yang berada tepat di timur Pasar Pamenang. Tradisi ini terjaga setiap tahun. Meski terhadang pandemi Covid-19, malam tirakatan tetap digelar dengan protokol kesehatan Covid-19.

Tirakatan di Kampung Kauman ini memiliki nilai tersendiri. Kampung yang lahir di abad ke-15, setelah berakhirnya Perang Jawa dengan kekalahan Pangeran Diponegoro.

Menengok jauh ke belakang, Jalan Mochammad Yusuf punya sejarah perlawanan dalam Agresi Militer Belanda I di Tahun 1947. Di kawasan itulah, Mochamad Yusuf, tokoh pelajar lahir. Dibesarkan. Berjuang melawan penjajahan. Hingga ditembak mati oleh Belanda.

Imron, pemerhati sejarah Pare menyebut, Mochamad Yusuf sebagai tokoh pelajar yang diincar oleh Belanda pada saat itu. Perlawanan Yusuf dianggap berbahaya. Meski bukan pemimpin kelompok, namun pengaruhnya bisa saja menggagalkan upaya Belanda merebut kembali kemerdekaan Indonesia, yang telah diproklamasikan dua tahun sebelumnya.

“Beliau terhitung orang yang diincar oleh Belanda karena bisa mempengaruhi penduduk lainnya,” kata Imron, Senin (16/8) malam usai malam tirakatan.

Di kawasan inilah, M Yusuf ditembak mati oleh penjajah Belanda. (foto: Yanuar Deddy/kediriapik.com)

Saat itu, Lanjut Imron, Yusuf gugur di tangan Belanda yang memiliki persenjataan yang canggih. Sementara Yusuf dan banyak pelajar lain yang melakukan perlawanan terhadap Agresi Militer Belanda I atau Operatie Product ini hanya bermodalkan senjata tajam. “Rata-rata pribumi pakai senjata tajam, pedang atau apa. Orang Belanda pakai tembak,” imbuh Imron.

Punya Kelebihan Intelektual dan Kebatinan

Cerita perlawanan itu diamini keluarga besar Mochamad Yusuf yang sebagian besar  menyebar di kawasan Kauman. Di sekitar Masjid Taqwa, masjid tua yang masih berdiri kokoh di Jalan Muria.

Jauhar Basuki Rahmad, keponakan Mochamad Yusuf punya cerita yang sama. Ibu Jauhar, Hj Siti Qoiriyah merupakan adik kandung Moch. Yusuf. Ibunya kerap membagikan cerita sejarah tersebut. Termasuk kepintaran Yusuf, anak ke dua dari sebelas bersaudara itu.

Menurut Jauhar, dulu memang tak banyak yang berkesempatan untuk mengenyam pendidikan. Namun Mochammad Yusuf yang merupakan putra dari keturunan ke-13 Sunan Kudus punya kesempatan itu.

“Orang tua Pakpoh Yusuf itu kalau tidak salah turunan ke-13 Sunan Kudus. Mbahnya itu turunan Sunan kudus menikah dengan turunan Singopadon. Punya putra H M Siroj, itu menikah dengan turunan Pangeran Puger. Terus akhirnya punya putra empat, salah satunya mbah Mi’an. Nah, Mbah Mi’an ini punya 11 putra, salah satunya M. Yusuf itu,” terang Jauhar.

Selain memang ilmunya di bidang pendidikan, menurut Jauhar, pamannya itu punya ilmu lain yakni kebatinan. Saat itu, Yusuf kerap berkomunikasi dengan pemerintah pusat melalui telepati.

“Dulu Pakpoh ini sering komunikasi sama (Pemerintah) pusat. Ibu bilangnya (Presiden) Soekarno.  Jaman dulu Karena keterbatasan alat komunikasi ya, seingat saya ibu pernah cerita, pakai batin (telepati) gitu,” lanjutnya.

Meski memiliki sejarah panjang terhadap perjuangan bangsa ini, makam Yusuf tidak berada di Taman Makam Pahlawan. Keluarga saat itu, meminta jenazah Yusuf dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Ketangi, Beringin, Kecamatan Pare Kabupaten Kediri dengan pertimbangan tertentu.

Di momen kemerdekaan ini,  generasi muda diharapkan peduli dengan cerita-cerita sejarah. Meneladani perjuangan pahlawan yang merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari tangan penjajah.  (yanuar deddy/ds)

Tim Kediriapik
Berikutnya

Terkait Posting

Komentar