Ryan Ardha, Atlet Disabilitas yang Bangkit setelah Pulang Tanpa Medali

Komentar

Terpuruk, pulang tanpa medali pada ajang Kejurnas di Solo pada 2015 menjadi titik balik Ryan Ardha. Kegagalan itu memicu atlet disabilitas dari Kediri berlatih lebih keras dan meraih berbagai prestasi nomor lari  tingkat nasional.

SUKSES  di ajang Pekan Paralimpik Provinsi (Peparprov) Jawa Timur I, Ryan Ardha Diarta serius menatap Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua 2021, akhir November mendatang. Pada ajang multi event nasional untuk penyandang disabilitas tersebut, atlet berprestasi asal Kota Kediri yang terlahir dengan kaki panjang sebelah ini bertekad memberikan yang terbaik untuk Jawa Timur.

Karir Ryan di dunia olahraga atletik dimulai saat ia duduk di bangku kelas 6 SD. Karmani, Ketua National Paralympic Comitte Indonesia (NPCI) Kota Kediri saat itu, menemukan bakatnya ketika kerap memenangkan lomba antar sekolah. Padahal, tak ada basic ilmu lari yang dimiliki Ryan kecil.

Sempat menolak ajakan Karmani, Ryan akhirnya bergabung ke NPCI Kota Kediri dengan dukungan penuh Zaenal Arifin dan Sudarwati, orang tuanya.

“Sempat saya kira penculik saat pak Karmani datang ke saya,” kata pemuda 19 tahun ini, menceritakan kisahnya. Karmani sukses meyakinkan Ryan dan keluarga.

Hari-hari, Ryan habiskan untuk sekolah dan berlatih. Sayangnya, tak mudah bagi si bungsu beradaptasi dengan kegiatan dan lingkungan barunya.

“Saya memang punya kekurangan, tapi saat itu saya takut melihat ada orang tidak punya tangan, tidak punya kaki,” cerita Ryan.

Tapi proses itu dilalui Ryan dengan cukup baik. Drama salah membeli sepatu tak menghambatnya meraih prestasi. Ryan sukses di ajang pertamanya di Pekan Paralimpik Pelajar Nasional (Peparpenas) 2015 di Bandung dengan sepatu futsal pembelian orang tuanya. Dia meraih 2 medali emas dari nomor lari 100 dan 200 meter yang diikutinya.

“Orang tua salah membeli sepatu. Bukan sepatu lari, malah sepatu futsal,” kenang pria kelahiran Kediri 30 April 2002 itu.

Tapi, Ryan gagal total diajang berikutnya. Ryan merasakan berada di titik terendah sebagai seorang atlet. Dia pulang tanpa menggenggam satu medali pun dari ajang Kejurnas 2015 di Solo. Ryan kecewa. Tapi dia seolah tahu caranya bangkit.

“Itu titik terendah saya. Saya gagal, tapi saya justru semakin giat berlatih. Mental saya bangun lagi,” kata remaja yang gemar menonton film ini.

Berada di Sekolah Khusus Olahraga Disabilitas (SKOD) di Solo, membuat Ryan tak sulit membagi waktu. Dia terus berlatih dengan keras, tanpa mengesampingkan pendidikannya.

Pada tahun 2017 Ryan bangkit. Di Kejurnas Bandung Ryan menyabet 2 medali emas dan 1 medali perak dari 3 nomor yang diikutinya. Lari 100 dan 200 meter serta lompat jauh. Serta 3 emas dari nomor yang sama di ajang Peparpenas di Solo.

Pada 2019, Ryan berhasil meningkatkan capaiannya. Usaha kerasnya, menghasilkan 3 emas di Kejurnas Solo dan Peparpenas di Jakarta.

Lebih dari sekadar prestasi, capaian ini sekaligus menjadi ‘pembuktian’ atas stigma tak berdaya yang kerap disematkan pada penyandang Tuna Daksa sepertinya.

Alhamdulillah bisa membuktikan ke orang-orang. Dulu awal memang banyak anggapan-anggapan (pesimis) orang tentang saya, kondisi saya. Tapi saya bisa balikkan itu. Motivasi terbesar saya adalah orang tua. Saya ingin mengangkat derajat mereka,” kata mahasiswa baru Fakultas Pendidikan Kepelatihan Olahraga Universitas Sebalas Maret Surakarta ini.

Raihan itu pula yang mengantarkan Ryan masuk ke dalam Pemusatan Latihan di Solo sebagai persiapan ASEAN Para Games 2020 di Filipina. Sayangnya, pandemi Covid-19 membuyarkan tekadnya mengibarkan Merah Putih di ajang olahraga difabel se Asia Tenggara itu.

Bercita-cita meraih prestasi di tingkat internasional. (foto: Deddy/kediriapik.com)

Kini, Ryan mencoba mengubur kekecewaan itu. Dia memilih serius menatap Peparnas XVI Papua 2021, akhir November mendatang. Saat ini dia digembleng di Surabaya, dibawah asuhan tim pelatih NPCI Jawa Timur. Latihan digelar pagi dan sore. Tak ada libur kecuali Minggu.

Di ajang perdananya itu, Ryan yang turun pada cabang olahraga atletik kategori Lower T44 optimis mampu memberikan yang terbaik untuk Jawa Timur.

Mimpi Ryan masih panjang. Ia bertekad untuk mengibarkan Merah Putih di ajang olahraga tertinggi, Olimpiade. (yanuar deddy/ds)

Tim Kediriapik
Berikutnya

Terkait Posting

Komentar