Pandemi Covid-19 merenggut jutaan jiwa manusia di seluruh dunia. Banyak anak menjadi yatim, piatu bahkan yatim piatu. Kejiwaan anak-anak ini terguncang setelah kepergian orang tuanya.
SUATU hari di bulan Juli 2021, ayah Karina mengeluh batuk pilek disertai meriang di badan. Gejala penyakit yang umumnya muncul kala pergantian musim.
Namun, sang ayah tak mau menganggap remeh. Tak sedikit tetangganya di Desa Silir, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri mengalami gejala serupa. Ternyata divonis positif Covid-19. Dia berobat ke layanan kesehatan di daerah setempat.
Mengikuti SOP layanan kesehatan, dia menjalani pemeriksaan Covid-19. Benar saja, ayah Karina dinyatakan positif. Karena gejalanya ringan, dia menjalani isomasi mandiri di rumah.
Kendati menjaga jarak dari anggota keluarga lainnya, Karina masih juga tertular. Sementara kondisi kesehatan Karina membaik, ayahnya justru memburuk.
“Kondisi kesehatan ayah drop. Kemudian dibawa ke rumah sakit. Tetapi akhirnya meninggal dunia,” kenang Karina usai menerima pendampingan psikososial di Kantor Dinas Sosial Kabupaten Kediri, Senin (9/8/2021).
Karina tak menyangka orang tuanya akan pergi secepat itu. Saat beranjak menjadi gadis remaja, pelajar kelas 9 SMP ini memerlukan bimbingan orang tua. Namun, pagebluk seperti tak peduli. Datang dan merenggut kebahagiaannya.
***

Anak-anak menjalani pemulihan psikis. (foto: Nanang/kediriapik.com)
Karina tak sendiri. Data Satgas Penanggulangan Covid-19, tercatat 11.045 anak di Indonesia menjadi yatim piatu, yatim atau piatu lantaran orang tuanya meninggal dunia karena Covid-19.
Sementara di Jawa Timur, terdata 166 anak yang kehilangan orang tuanya karena Covid-19. Dari jumlah tersebut, 12 anak menjadi yatim piatu, 58 anak menjadi piatu dan 89 anak menjadi yatim serta 8 anak sedang dalam konfirmasi. Anak-anak tersebut tersebar pada tujuh kabupaten atau kota yang ada di Jawa Timur. 50 anak diantaranya di Kabupaten Kediri.
Anak-anak yang kehilangan orang tuanya ini menjadi perhatian pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui program pelayanan pemulihan psikologi.
Pada tahap pertama, Dinas Sosial memberikan pendampingan psikososial kepada 25 anak pada Senin (9/8/2021) pagi. Melalui layanan tersebut, Dinas Sosial menggandeng Panti Rehabilitasi Sosial Bina Laras (RSBL) milik Pemprov Jawa Timur yang ada di Kediri.
Dalam layanan tersebut, anak-anak diberi motivasi dan metode trauma healing, agar mereka bisa menghilangkan kesedihan dan bersemangat kembali dalam menatap masa depan.
Anak-anak yang mendapatkan pendampingan psikosial berusia antara 12 hingga 18 tahun. Mereka duduk di bangku SD hingga SMA. Kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya.
“Kita bantu dan kita dukung meereka dalam layanan psikososial. Kegiatan pendampingan yang kita lakukan agar bisa lebih percaya diri dan lebih optimis menatap masa depan. Harapannya mereka tidak terus larut dalam kesedihan yang mendalam,” kata Suharsono, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Kediri.
Tak hanya 25 orang anak ini saja. Ke depan, anak-anak terdampak pandemi Covid-19 lainnya juga memperoleh perhatian yang serupa. Dinsos sementara mendata 50 anak. Jumlah tersebut diyakini bertambah.
Selain pendampingan psikososial, anak-anak juga masih mendapatkan bantuan uang saku serta permakanan. “Secara umum untuk anak yang masih sekolah kita koordinasikan dengan Dinas Pendidikan atau dinas lainnya di lingkup Pemkab Kediri. Sedangkan untuk santunan bagi korban Covid-19 Dinas berusaha untuk memperjuangkan hak mereka,” imbuhnya.
**
Pada tahun sebelumnya, Pemprov Jawa Timur telah memberikan santunan sebesar Rp 5 juta untuk setiap korban Covid-19. Bantuan tersebut diterima oleh keluarga ahli waris melalui rekening mereka. Sementara itu, pada tahun ini Dinsos mengajukan 128 calon penerima santunan untuk warga Kabupaten Kediri ke Kementerian Sosial Republik Indonesia.
Dari usulan tersebut, ternyata baru 86 yang disetujui. Sedangkan yang lainnya belum terealisasi karena terkendala beberapa persyaratan yang harus dipenuhi ahli waris.
Pada tahun ini, Dinsos juga mengajukan usulan santunan kematian sebesar Rp 2 juta untuk korban Covid-19 pada Pemkab Kediri. Harapannya bantuan tersebut bisa meringankan beban keluarga yang meninggal.
Pemerintah memang dituntut untuk memperhatikan korban Covid-19 serta masyarakat terdampak. Terlebih kalangan anak yang mengalami krisis hak asuh dan kebutuhan anak lainnya, setelah ditinggalkan oleh orang tuanya.
Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Kediri Khusnul Arif mendorong pemerintah daerah untuk melakukan pendataan by name by address yang akurat terkait anak yatim, piatu dan yatim piatu yang orang tuanya meninggal karena terpapar Covid-19.
“Pemerintah daerah juga perlu melakukan assasment detile terhadap keluarga anak. Sehingga outcome yang kami harapkan kepada pemerintah daerah untuk memberikan perlindungan, pengasuhan dan dukungan kebutuhan anak benar-benar terukur. Bahkan, sampai dengan kebutuhan pendampingan psikologis,” sebutnya.
Menurut Khusnul, pemerintah daerah juga perlu melakukan percepatan program yang bersifat pendampingan agar anak yatim, piatu, dan yatim piatu ini tetap bisa menjalani aktifitas dengan bahagia. Seruan ini sudah sejalan dengan langkah Pemprov Jatim yang telah dilaksanakan Dinsos Kabupaten Kediri.
Pada sisi lain, jumlah anak yang terpapar Covid-19 sebanyak 350.000 anak, 777 di antaranya meninggal dunia. Oleh sebab itu, pemerintah telah menetapkan kebijakan percepatan vaksinasi bagi anak-anak minimal usia 12 tahun. (nanang/danu)
Komentar