An Nur, Masjid Unik Beratap Joglo

Komentar

Karena keunikan arsitekturnya, masjid An Nur Pare, Kabupaten Kediri ini pernah mendapatkan penghargaan internasional.

BERDIRI di jantung kota Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Tepatnya di jalan Panglima Sudirman, Masjid An-Nur menjulang dengan indah.

Masjid An Nur yang berdiri di atas lahan seluas empat hektar ini memiliki asitektur unik. Khas Jawa yang sangat kental.  Atap masjid berbentuk Joglo.

“Atap dirancang berbentuk piramid dengan kemiringan sudut yang tajam sehingga diperoleh kesan atap yang menjulang ke langit,” kata Dafid Fuadi, Ketua Bidang Peribadatan Masjid An-Nur. 

Terdapat empat tiang penyangga berukuran besar. Orang jawa menyebutnya ‘Soko Guru’. Filosofinya; tiang tersebut menjadi guru bagi sekitar 40 tiang kecil pada bangunan masjid. Makna lain, mampu menjadi penegak islam di Kecamatan Pare agar semakin kokoh. 

“Pembangunan masjid menghabiskan dana sebesar Rp19 Miliar lebih. Diarsiteki Gunadi, dosen Universitas ITS Surabaya yang terinspirasi dengan karya arsitek asal Amerika Serikat John Portman” ungkap Dafid Fuadi. 

Keunikan arsitektur masjid ini menuai prestasi. Pada awal tahun 2000, Keunikan dan kekokohan masjid ini mendapat penghargaan Juara Pertama sayembara Internasional kategori perancangan arsitektur masjid dari pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

Renovasi Sempat Terhenti karena Krisis Moneter

Masjid An-Nur ini sebetulnya berdiri sejak tahun 1977. Saat itu, masjid berukuran kecil. Hanya mampu menampung jamaah sekitar 300 orang. Lokasi masjid mulanya di dekat menara yang menjulang saat ini.

Tahun 1996, pemerintah memugar masjid. Sumber dana pemerintah dan swadaya masyarakat. Pemugaran saat Gubernur Jawa Timur Muhammad Nur menjabat. Akibat krisis moneter di tahun 1998 pembangunan masjid sempat terhenti. 

Pada tahun 2001, pembangunan dilanjutkan dengan pembangunan induk masjid, tempat wudhu dan basement, serta  melengkapi bedug kulit lembu dengan ukiran kaligrafi sebagai penanda waktu solat yang memiliki diameter cukup besar.

Nama An-Nur berarti cahaya. Masjid ini dilengkapi banyak lampu lampu kecil pada tiang penyangga serta dinding bangunan yang mempunyai makna dan harapan untuk menjadi cahaya bagi masyarakat sekitar. 

Lampu-lampu tersebut selaras dengan dinding kaca pada bangunan utama masjid, sehingga cahaya didalamnya akan terlihat dari bagian luar. “Pemberiaan nama An-Nur diambil dari nama Nur Wakhid salah satu tokoh yang pertama kali menyebarkan Syiar Agama Islam dan membangun Desa Tulungrejo, tempat masjid An-Nur saat ini berdiri” tegas Dafid. 

Sementara itu pembangunan tahap ketiga masjid berlantai 2 ini dilanjutkan pada tahun 2002 hingga tahun 2003 dengan pembamgunan menara. Menara masjid An-Nur setinggi 99 meter yang diambil dari jumlah Asmaul Husna. (AR)

Foto drone : Irwan Setyawan

Tim Kediriapik
Berikutnya

Terkait Posting

Komentar