Pernik Pernikahan dari Limbah, Bangkit setelah Diterpa Pandemi

Komentar

Sungguh kreatif ibu-ibu di Tamanan, Kota Kediri ini. Mereka mengolah pernik pernikahan dari limbah. Kreativitas yang didorong oleh sang pelopor: Indiyah Efiriati.

Garasi mobil di rumah Indiyah Efiriati di Kelurahan Tamanan, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri itu disulap menjadi ruang kreatif. Di atas hamparan karpet merah, sejumlah ibu merangkai beberapa bahan menjadi hantaran pernikahan.

Pernik-pernik pernikahan kreativitas ibu-ibu ini bisa dilihat di atas beberapa meja yang menembel di tembok garasi. Hantaran pernikahan yang dikemas dalam kaca. Rata-rata terdapat kompilasi hiasan berbentuk bunga berwarna warni, daun serta masjid. Hantaran yang unik dan indah.

“Saat pandemi Covid-19 permintaan menurun. Alhamdulillah, sekarang permintaan kembali meningkat,” kata Indiyah Efiriyati, pemilik Ardian Collection, produsen pernik pernikahan.

Begitulah. Usaha pernik pernikahan ini berbanding lurus dengan banyaknya resepsi pernikahan. Selama 2 tahun, usaha yang berkaitan dengan pernikahan tiarap, karena berbagai pembatasan untuk mencegah penularan Covid-19.

Kini, kran sudah kembali dibuka. Efi banjir pesanan. Kondisi kembali pulih. Dia kembali memasok pernik pernikahan ke berbagai penjuru di Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke. Harga pernik pernikahan ini berkisar antara Rp50 ribu hingga Rp600 ribu.

Pemasarannya ditunjang dengan optimalisasi media sosial. Omsetnya per bulan mencapai Rp5.000.000,00 sampai Rp7.000.000,00 perbulannya. Bahkan di bulan-bulan baik seperti bulan Dzulhijjah (orang Jawa menyebutnya bulan besar), omsetnya bisa lebih. Karena, pada bulan yang diyakini orang Jawa baik untuk pernikahan ini, permintaan meningkat tajam.

Siapa sangka, barang-barang indah yang bernilai rupiah tinggi ini bermula dari bahan-bahan limbah. Mulai dari kardus-kardus bekas air mineral, karton bekas kemasan susu, kaset DVD bekas, kain perca, rumput jepang dan sejumlah limbah plastik.

pernik pernikahan dari limbah

Hiasan top ini dirangkai dari bekas VCD, kain perca dan kardus bekas shuttlecock. (foto: dokumentasi Erifiati)

Semisal, limbah kardus susu dan steoroform yang dikreasikan untuk hantaran baju gamis dan kosmetik. Tas kresek merah yang terbuang justru diolah menjadi hiasan bunga-bunga. Lantas, handuk bisa dirangkai menyerupai jeruk. Kemudian, kardus air mineral dapat disulap menjadi kotak hantaran.

Melihat indahnya hantaran ini, siapapun tak mengira, jika bahan bakunya adalah limbah yang seakan tak berguna. Efi mendapatkan sebagian bahan-bahan dari Bank Sampah “Taman Kencana” Kelurahan Tamanan, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Kerja kreatif pengelolaan sampah ini mengubah masalah menjadi solusi.

pernik pernikahan dari limbah

Tas kresek belanja dari mall dimanfaatkan untuk pembuatan bunga-bunga. (foto: dokumentasi Efiriati)

Bank Sampah Taman Kencana

Pengelolaan sampah menjadi rupiah seperti yang dilakukan oleh Efi merupakan bentuk kreativitas. Sebab, sampah selama ini identik dengan masalah.

Kolaborasi  Efi dan Bank Sampah Taman Kencana patut menjadi contoh. Bank Sampah Taman Kencana mengelola sampah warga. Sementara, Efi salah satu yang memanfaatkan sampah terbuang yang dikelola oleh Bank Sampah.

Bank Sampah Taman Kencana merupakan inisiasi beberapa relawan Kelurahan Tamanan yang mencintai lingkungan. Sampah-sampah dari warga ditampung di sini untuk dipilah-pilah, yaitu sampah organik, an organik dan sampah rumah tangga.

“Mengapa demikian, karena masing-masing sampah harganya berbeda, mulai sampah plastik, sampah kardus, sampah gembreng/seng, botol-botol serta sampah dari sak semen,” kata Mariya, Ketua Bank Sampah Taman Kencana.

Keberadaan Bank Sampah “Taman Kencana” sangat membantu perekonomian warga dan lingkungan menjadi bersih. Banyak hal positif yang didapat dengan keberadaan Bank Sampah ini.

Warga datang ke Bank Sampah untuk menabung sampahnya. Jerih payah warga tak sia-sia karena sampah yang dikumpulkan akan dicatat dan diganti dengan uang pada saat menjelang lebaran. Perolehan tabungan sampah per warga ini antara Rp30.000,00 sampai Rp150.000,00.

Jadi, Pengelola Bank Sampah bukan hanya kreatif dan inovatif saja, namun masalah yang ada dicarikan solusi sebanyak-banyaknya.

Pemberdayaan Ibu-Ibu untuk Membantu Perekonomian Keluarga

pernik pernikahan dari limbah

Kreativitas ibu-ibu dalam menyulap limbah menjadi rupiah menopang ekonomi keluarga. (foto: dokumentasi Efiriati)

Tak hanya solusi pengelolaan limbah yang ditawarkan oleh Indiyah Efi Riyati. Dia juga memberdayakan masyarakat dari aspek ekonominya.

Efi merekrut ibu-ibu dan remaja putri di sekitar rumahnya untuk membantunya. Penghasilan yang diperoleh dengan membantu produksi pernik pernikahan ini cukup membantu perekonomian keluarga.

“Ibu-ibu di sini saya bina untuk menjadi pribadi yang mandiri, menjadi sosial bisnis yang bisa merubah mindset yang tadinya profit oriented menjadi profit sosial, tidak mengharapkan bantuan, hebat dan kuat,” kata wanita yang hobi bulu tangkis ini.

Efi berkaca dari dirinya sendiri yang mengantarkan 2 anaknya meraih gelar sarjana dan salah satunya bekerja di Bank BUMN. Ibu rumah tangga juga dapat membantu ekonomi keluarga. Dengan kreatifitas yang mengubah barang terbuang menjadi rupiah. (*)

Penulis : Ika Yuniasari dan Indiyah Efiriati (KIM Taman Sari – Kelurahan Tamanan, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri)

Editor : Danu S

Tim Kediriapik
Berikutnya

Terkait Posting

Komentar