kediriapik.com – Memperingati Hari Air Sedunia, Pasmek1ng (Pecinta Alam SMK Negeri 1 Ngasem) bersama Forum Kali Brantas Kediri melepaskan ribuan jenis ikan air tawar endemik atau biasa disebut ikan lokal, Rabu (22/03/2023).
Total ada 12.000 ekor ikan tawes atau bader dan 800 ekor belut yang dilepaskan ke Kali Joho, Kabupaten Kediri dan Sungai Brantas, Kota Kediri. Ribuan ikan ini didapatkan dari berbagai suplayer ikan.
“Kegiatan pelepasan ikan lokal merupakan bentuk kepedulian kami teradap maraknya ikan invasif yang mendominasi daripada ikan lokal yang berdampak buruk terhadap eksositem sungai,” kata Ahmad Didin Purnomo, Kordinator Divisi Perairan Pasmek1ng.
Pegiat lingkungan Forum Kali Brantas Kediri Chandra Iman Asrori berharap keterlibatan para remaja pecinta lingkungan ini dapat menumbuhkan rasa peduli dan rasa memiliki terhadap lingkungan. Dengan kegiatan pelepasan ikan air tawar endemik, diharapkan ekosistem Sungai Brantas bisa pulih.
“Kita harus bersama-sama menjaga kelestarian sungai termasuk biota-biota yang di dalamnya sehingga ekosistem Sungai Brantas dapat pulih sepenuhnya dan dapat dinikmati manfaatnya oleh kita dan anak cucu kita kelak,” ungkap Chandra.
Penelitian ECOTON pada tahun 2013 menemukan 85 persen jenis ikan di Sungai Brantas, Jawa Timur didominasi ikan Sapu-sapu dan Nila. Ini mengalahkan spesies endemis, seperti ikan belida, tawas, keting, baung/rengkik, dan jendil. Pada ruas Tulungagung-Kediri, ikan Sapu-sapu yang awalnya diintroduksi untuk mengurangi lumut di badan sungai, namun ikan tersebut perkembangannya justru tidak terkendali.
Introduksi ikan asing invasif menjadi titik awal berkurangnya ikan endemis asli perairan Indonesia. Ikan asing invasi atau Invasive Alien Spesies (IAS) merupakan spesies asing yang keberadaan dan penyebarannya menyebabkan atau berpotensi menyebabkan kerugian secara lingkungan ekonomi atau kesehatan manusia.
Ikan air tawar endemik tiap tahun semakin punah karena ikan invasif memiliki karakteristik bersifat sebagai kompetitor, predator, kemampuan reproduksi cepat dan tinggi, adaptasi tinggi terhadap berbagi faktor lingkungan atau adaftif, dapat membawa penyakit berbahaya, pemakan segala atau omnivora, pertumbuhan cepat, mampu berhibridasi dan menurunkan sifat genetiknya, tidak ada predator alami, dan dapat berdampak negatif terhadap kesehatan manusia..
“Kondisi tersebut diperparah dengan keberadaan ikan predator yang sengaja dilepasliarkan ke Sungai Brantas” ujar Chandra. (*)
Penulis: Chandra Iman Asrori (Forum Kali Brantas)
Komentar