Cerita yang selama ini menyebar: Pangeran Samber Nyowo pemberontak suka tayuban dan mabuk-mabukan. Namun, hasil investigasi tim penulis buku Pangeran Samber Nyowo justru menemukan fakta sebaliknya.
kediriapik.com – Banyak persepsi negatif yang salah kaprah tentang Pangeran Samber Nyowo. Semuanya ditepis dalam bedah buku ‘Pangeran Samber Nyowo’ yang digelar di Situs nDalem Pojok, Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Kamis (6/4/2023) malam.
Buku setebal 496 halaman hasil kerja tim berjumlah 400 orang ini menjadi pelurusan sejarah Samber Nyowo. Ketua Tim Penulis Edi Setiawan mengatakan, banyak temuan-temuan yang agak berbeda dengan penulisan sejarah Samber Nyowo sebelumnya.
“Dalam buku ini ada hal baru yang sangat berbeda. Misalnya, semua buku sejarah menuliskan bahwa Pangeran Samber Nyowo adalah pemberontak, dalam buku ini tidak, Pangeran Samber Nyowo adalah pejuang bukan pemberontak. Secara persepsi ini beda,” ungkap Edi Setiawan.
Kemudian Edi juga menyebut bahwa banyak tulisan-tulisan yang mengatakan Pangeran Samber Nyowo ini suka perempuan, tayuban dan mabuk-mabukan menurut dia, hal ini juga tidak tepat.
“Banyak buku yang menyebut setiap menang perang, Pangeran Samber Nyowo langsung menggelar tayuban dan mabuk-mabukan. Jadi Pangeran Samber Nyowo dipersepsikan suka perempuan, tayuban dan suka mabuk-mabukan ini tidak benar. Beliau ini pejuang yang religius, seorang sufi, juga penulis AQur’an, ada beberapa tinggalan Al-Qur’an tulisan tangan beliau. Apa iya berbuat seperti itu?,” tambahnya.
Samber Nyowo Ahli Strategi Perang
Hal lain yang sangat berbeda adalah analisa, data dan fakta tentang peperangan-peperangan Pangeran Samber Nyowo. Edi menyimpulkan bahwa Pangeran Samber Nyowo tidak pernah terkalahkan.
“Dalam semua pertempuran sekitar 250 peperangan Pangeran Samber Nyowo ini tidak pernah terkalahkan. Sekalipun, tidak pernah,” tandasnya.
Menurut dia, ada tiga strategi perang Samber Nyowo: wewelutan, dedemitan, jemblungan. Pangeran Samber Nyowo, lanjut Edi, tidak pernah perang secara frontal. Kalau ada musuh, lari, ini strategi perang, bukan kalah.
“Nah, kemudian setelah musuh berpencar baru diserang. Jadi Pengeran Samber Nyowo tidak pernah kalah sekalipun,” ungkap Pria asal Kota Malang ini
Apresiasi dari Keturunan Pangeran Samber Nyowo
Dialog buku Pengeran Samber Nyowo yang digelar tepat pada hari kelahirannya, 07 April 1725/07 April 2013 di rumah masa kecil Presiden Soekarno. Diskusi berlangsung seru. Sedari pukul 20.30 WIB, dan berakhir pukul 02.00.
Rangkain acara diawali dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya tiga stanza, Pembacaan Pembukaan UUD 1945, Pembacaan Pancasila Dasar Negara dan Pembacaan Sumpah Jati Diri Bangsa Indonesia. Sambutan-sambutan, santunan anak yatim, doa lintas agama dan penutup lagu Syukur tiga stanza juga tidak terlewatkan. Doa lintas agama dipimpin oleh Ki Setiaji (Katolik), Romo M. Jasin Jawi (Ketua Penghayat Keyakinan Yang Maha Esa Kota Kediri), Suhu Jetsun Arahato (Budhha), Sumadi Made, B.Sc (Hindu) dan Sikan Abdillah (Muslim)
Selain dihadiri oleh Ir. Edi Setiawan, SE, M.Si selaku ketua tim penulis, juga hadir Eri Ratmanto keturunan Ke-7 Pangeran Samber Nyowo, tokoh lintas agama dan lintas komunitas.
Secara umum semua peserta dialog mengaku puas dengan bedah buku Samber Nyowo ini, termasuk K.R.A.P Eri Ratmanto pihak keluarga juga mengapresiasi paparan sang penulis.
“Di sini kami menemukan kawan-kawan yang punya keberanian dan semangat yang luar biasa, ada spirit Samber Nyowo disini, dan buku ini sangat berani,” ujar pria yang juga Koordinator Komunitas Pancasila Dasar Negara bukan Pilar ini.
Meski demikian dia juga mengingatkan kepada penulis agar sampul buku yang terpasang gambar Samber Nyowo bisa dipertimbangkan kembali. Sebab, menurut dia, pihak keraton memang melarang pemasangan foto Samber Nyowo karena foto Samber Nyowo tidak pernah ada.
“Saya sudah mencari sampai di perpustakaan Leiden Belanda, memang tidak ditemukan foto Eyang kami Pengeran Samber Nyowo. Lah, lalu itu foto siapa? Jadi mohon penulis bisa mempertimbangkan,” ucapnya sembari tersenyum.
Kanjeng Eri Ratmanto pun menunjukkan buku silsilah dari Keraton Mangkunegaran dan memang tidak terlihat ada foto Mangkunegaro I alias Pangeran Samber Nyowo. Semua dari Mangkunegara II sampai X ada fotonya, tapi Mangkunegara I hanya ada logo Mangkunegara.
“Alhamdulillah tokoh-tokoh lintas agama memimpin doa untuk Pangeran Samber Nyowo dan agar semua yang telah kita fahami tentang perjuangan Pangeran Samber Nyowo ini benar-benar bisa kita warisi, bukan sekedar menjadi bahan pembicaraan. Ini yang penting, strategi perang wewelutan, dedemitan, jejemblungan perlu diaplikasikan dalam kehidupan modern saat ini,” pungkas Kus Hartono Ketua Harian Situs Ndalem Pojok Persada Sukarno. (ds)
sumber ; Siaran Pers Situs nDalem Pojok
Komentar