Sejumlah staf pengajar di Institut Pertanian Bogor (IPB) pulang kampung ke Kediri. Selama 2 hari, mereka berbagi ilmu gizi pada guru di SD Plus Rahmat Kediri. Membuka cakrawala pengetahuan pentingnya keseimbangan gizi pada anak.
Indonesia mengalami beban ganda masalah gizi, khususnya pada anak usia sekolah. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan: 25,7% anak berusia 13-15 tahun tergolong sangat pendek dan pendek, 8,7% tergolong sangat kurus dan kurus, sedangkan 16,0% tergolong gemuk dan obesitas (Kemenkes RI, 2018).
“Salah satu penyebab masalah gizi pada anak sekolah adalah konsumsi pangan yang belum memenuhi prinsip gizi seimbang,” kata Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS, staf pengajar Fakultas Ekologi Manusia IPB.
Karena itulah, Yayuk Farida beserta sejumlah staf pengajar IPB menginisiasi program Dosen Pulang Kampung dengan menyelenggarakan workshop dengan tema: ‘Integrasi Gizi Seimbang dalam Pengayaan Pembelajaran Karakter sebagai Upaya Pengentasan Masalah Gizi pada Anak Sekolah’. Selama dua hari Kamis – Jumat (11 – 12 Juli 2024), tim Dosen Pulang Kampung mengisi workshop di SD Plus Rahmat di Jl Slamet Riyadi 31 A, Kota Kediri.
Tim Dospulkam IPB itu terdiri dari Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS selaku ketua tim. Sementara, anggota tim di antaranya: Dr. Ir. Siti Amanah, MSc, Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, MSc dan Resa Ana Dina, SKM., MEpid.
Workshop diikuti 30 orang guru SD Plus Rahmat beserta pengurus yayasan, Litbang, Kepala Play Group, TK dan SD Plus Rahmat Kota Kediri.
Kenapa sasaran program ini adalah guru, tentunya bukan tanpa alasan.
“Dari hasil penelitian, perilaku konsumsi anak paling banyak dipengaruhi oleh orang tua dan guru. Rinciannya; pengaruh orang tua (75%), pengaruh guru (54%) dan pengaruh teman sebaya (42,5%),” tutur Yayuk.
Karena itu, tim Dosen Pulang Kampung berharap guru dapat meningkatkan peranannya untuk mengedukasi gizi pada anak.
”Peran guru di antaranya meningkatkan pengetahuan dan sikap anak terhadap konsumsi makanan yang beranekaragam, bergizi seimbang, aman,” ujarnya.
Dampak Kekurangan Gizi
Pendidikan gizi seimbang di sekolah saat ini lebih banyak dilakukan oleh tenaga kesehatan. Padahal, menurut Yayuk, dibandingkan dengan pendekatan berbasis keluarga dan masyarakat, pendidikan gizi dengan pendekatan berbasis sekolah adalah yang paling established.
“Karena sebagian besar waktu anak sekolah berada di lingkungan sekolah,” katanya.
Kondisi ini tentunya tak bisa dibiarkan. Sebab, lanjut Yayuk, anak usia sekolah dengan gizi kurang akan mudah mengantuk dan memiliki semangat yang rendah sehingga dapat memengaruhi proses belajar serta berfikir.
“Selain itu, masalah gizi anak dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh dan berkurangnya prestasi belajar,” tambahnya
Gizi seimbang merupakan susunan pangan harian dengan memerhatikan jenis serta ragam zat gizi sesuai kebutuhan tubuh. Perilaku konsumsi yang menerapkan prinsip gizi seimbang dan berbasis pangan lokal juga secara tidak langsung dapat menyelamatkan lingkungan sekaligus menjamin keberlanjutan dari sistem pangan.
Implementasi Gizi Seimbang dalam Proyek Mingguan
Pedoman gizi seimbang, lanjut Yayuk, dapat diimplementasikan melalui pendidikan karakter melalui pengayaan Kurikulum Merdeka yang dituangkan ke dalam bentuk program proyek mingguan.
“Aktivitas ini diawali dengan perumusan Modul Proyek yang berorientasi pada partisipasi siswa (student-centered) sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap gizi anak sekolah, utamanya dalam mengatasi kegemukan dan obesitas,” tambahnya.
Harapan dari kegiatan ini yaitu mencapai perilaku (pengetahuan dan sikap) konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang serta berbasis pangan lokal.
Praktik Pembuatan Modul Proyek
Tak sekadar teori, peserta diajak mengaplikasikan materi yang didapat pada hari pertama dari tim Dospulkam IPB. Hari ke-2 semua peserta yang merupakan wali kelas 1 – 6 SD Plus Rahmat Kota Kediri membuat modul proyek sebagai perencanaan aplikasi gizi seimbang dalam pembelajaran kurikulum merdeka.
Modul Proyek Profil Penguatan Pelajar Pancasila (P5) ini adalah sebagai langkah aplikatif untuk mengintegrasikan gizi seimbang dalam pembelajaran. Modul P5 sudah dirancang melalui tema yang dipilih yaitu Gaya Hidup Berkelanjutan (pada semester 1) dan Bangunlah Jiwa dan Raganya (pada semester 2). Semua kreativitas guru dalam perwujudan pentingnya gizi seimbang bagi siswa dirancang secara bertahap menyesuaikan dengan jenjang kelas masing-masing.
Tiap jenjang berdiskusi dan membuat modul proyek. Setelah itu, modul itu dipresentasikan secara bergantian.
Lingkup bahasan meliputi: konsep pangan sehat: beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pangan lokal; pengenalan sarpan sehat dan bergizi seimbang; makanan pokok: jenis, fungsi dan kebutuhan; lauk pauk: jenis, fungsi dan kebutuhan; buah dan sayur: jenis, fungsi dan kebutuhan; pengenalan jajanan sehat, aman dan bergizi seimbang; cuci tangan pakai sabun dengan ari bersih mengalir; pembiasaan minum air putih yang cukup dan aman; dan pemantauan berat dan tinggi badan, serta aktivitas fisik.
Kepala SD Plus Rahmat Sri Wahyuni, M.Pd mengapresiasi program Dosen Pulang Kampung. “Alhamdulillah, kegiatan Dospulkam ini sangat bermanfaat untuk ustadz/ustadzah di SD Plus Rahmat. Terutama membuka wawasan tentang pentingnya pembelajaran makanan bergizi seimbang untuk anak-anak usia Sekolah Dasar,” katanya.
Tema yang diangkat berkaitan dengan gizi seimbang juga relate dengan SD Plus Rahmat karena siswa mendapatkan makan siang dari sekolah. Karena itu, berbagai kajian dari Dosen Pulang Kampung menjadi perhatian serius dari pihak sekolah agar bisa terimplementasikan.
“Harapannya semoga ilmu yang disampaikan dalam agenda Dospulkam bisa benar-benar terimplementasi pada pembelajaran dan bisa menjadi kebiasaan positif di SD Plus Rahmat,” tambah Sri Wahyuni.
Penulis : Luci Apriliasari, S.TP., S.Pd (Litbang/Guru SD Plus Rahmat)
Foto-Foto: Muhammad Khabib, S.Sos (Dokumentasi SD Plus Rahmat)
Komentar