Menengok Warkop Sahabat Gojek di Permata Hijau..

Komentar

Warung kopi swalayan para Gojek. Kopi super murah dari Rp2000,00. Para Gojek bisa dari pagi hingga malam hari di situ. Seperti apa Warung Kopi Mbah Darjo yang menjadi home base para Gojek?

NUANSA hijau tampak di Warung Kopi Mbah Darjo di Blok A nomor 4, deretan depan Perumahan Permata Hijau, Singonegaran, Kota Kediri tiap hari. Sejak pagi, banyak pria berjaket dominan hijau memenuhi warkop ini. 

Ditemani kopi panas mengepul di meja, pria-pria pengemudi Gojek itu, berkutat dengan handphone-nya. Memantau orderan. Sesekali mereka juga bercengkerama, dengan akrabnya. 

“Ini warkop sahabat Gojek,” cetus Antana Widi, pemilik warung, sembari tertawa, ketika menyajikan secangkir kopi hitam di meja saya.

Sahabat Gojek? Kok Bisa?

Tampak nyata di depan mata saya pada Rabu (10/2/2023) pukul 07.30 WIB, ada 5 driver Gojek yang cangkruk. “Kalau siang malah lebih banyak,” ujar Guntur, pengemudi asal Kandat.

Pria berambut sebahu ini lantas mengambil cangkir. Sesaat kemudian, suara mesin grinder berdengung. Di bawah mesin, bubuk kopi berlabuh ke cangkir Guntur. Secukupnya. Pria yang akrab disapa Gondrong ini lantas mengisi cangkir dengan air mendidih dari dalam teko di atas kompor gas yang menyala.

“Ya gini. Di sini, kami bikin-bikin sendiri,” ungkap Gondrong. Dia kembali berkutat dengan handphone-nya. 

Harga kopi juga super murah. Per-cangkirnya: Robusta Rp3000,00. Kopi Arabica Rp4000,00. Bawa gelas sendiri: Rp2000,00. Bayarnya sesuka hati. “Mereka bikin kopi sendiri. Dihitung sendiri. Baru bayar ke istri saya. Dasarnya, kepercayaan,” ujar Antana Widi.

Warung Mbah Darjo memang strategis. Lokasi ini menjangkau beberapa perumahan. Di antaranya; Permata Biru, Permata Hijau dan Permata Jingga. “Kalau pagi, biasanya antar sekolah dan dinas. Siang, anak-anak pulang sekolah,” kata Gondrong. 

Terdapat sejumlah sekolah yang dekat dengan Warkop Mbah Darjo. SMP Plus Rahmat, MTsN 2 dan MAN 3 Kota Kediri. Juga dekat dengan  RSUD Gambiran. “Kalau akun sehat, bisa jangkau sekitar Auto 2000, dekat Manisrenggo. 

Warung Mbah Darjo sudah menjadi home base para pengemudi Gojek. Kalau kondisi normal, Gondrong bisa mendapatkan 15 orderan, dari pukul 07.00 WIB – 21.00 WIB. Perjalanan dalam kota itu, kalau diakumulasi bisa sejauh Kediri – Surabaya : 140 km! “Iya, sejauh-jauhnya orderan, mesti baliknya ke sini,” ujar Gondrong, seraya tersenyum. 

***

Diniatkan untuk Berbagi 

Antana Widi, pria yang akrab disapa Anton ini punya toko pracangan. Menjual kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Lokasinya strategis. Di deretan depan perumahan Permata Hijau. 

Namun, ada faktor X, ketika tokonya seperti tak terlihat. Sesuatu yang sulit dilogika, namun begitu kenyataannya. Beberapa kali orang mencari barang kebutuhan, namun seakan tak melihat tokonya. Dilewati begitu saja.

Nah, dia melihat komunitas Gojek ini menjadi solusinya. Kok bisa? “Mungkin, kalau ada aktivitas orang di dekat rumah, bisa menghalau faktor X itu. Karena itu, saya lihat kok sering banyak Gojek menunggu orderan di sekitar rumah saya, maka saya sediakan di depan rumah untuk markas mereka,” papar Anton.

Awalnya, Anton memberikan  tempat di depan tokonya. Ada sedikit peneduh dan deretan kursi. Dia juga menyiapkan banyak stop kontak, jika driver ini perlu nge-charge handphone-nya. Dia menyediakan kopi atau teh, jika driver Gojek ini pesan minum. Sedikit demi sedikit, mulai banyak Gojek yang menjadikan depan rumah Anton sebagai markas. 

Anton memiliki rumah toko (ruko) di sampingnya yang dikontrakkan. Ketika masa kontrak rumahnya habis, dia menyulap ruko menjadi warung kopi. Namanya; Warkop Mbah Darjo “Nama warung kopinya sama dengan brand usaha produksi kopi saya,” ujar Anton.

Anton memang memiliki usaha pengolahan kopi bubuk Mbah Darjo yang dijual kemasan. Ada jenis Robusta, Excelsa serta Arabica. Ragam jenis kopi ini juga yang akhirnya menjadi menu di Warkop Mbah Darjo. “Minuman kopi bisa saya jual murah, karena saya produsen. Juga saya niatkan untuk berbagi,” katanya.

Atas dasar niat berbagi itu, relasi yang muncul adalah kepercayaan. Warung itu seperti rumah mereka sendiri. Bagi yang sudah terbiasa ke situ, mereka melayani diri sendiri. Menghitung berapa gelas minuman yang mereka teguk lantas membayar ke Sasmiati, istri Anton. “Kadang diakumulasi sampai berapa hari, tiba-tiba bayar Rp50 ribu gitu, ya nggak papa,” ujar Anton, sembari tertawa terbahak.

Bahkan, seringkali ketika warkop ditinggalkan oleh pemiliknya, maka pengemudi Gojek di situ justru yang dititipi warung oleh Anton. Begitulah. Relasi yang terjalin lebih dari sekadar pembeli dan penjual, namun persaudaraan yang saling berbagi. (Danu)

Tim Kediriapik
Berikutnya

Terkait Posting

Komentar