Legenda Cindelaras, Pangeran yang Terbuang

Komentar

Kuk…ku…ru…yuk…!   

Jagone panji Laras/Cindelaras

Omahe tengah alas

Kuk…ku…ru…yuk…!   

Payone Godong klaras

Jagone Panji Laras

Panji Laras/Cindelaras ‘nggoleki Bapake

Bapake jare Raja

Omahe Kraton Jenggala

       

Bait-bait di atas mengisahkan cerita Cindelaras. Sebagian besar masyarakat Jawa juga menyebut cerita Panjilaras yang merupakan bagian dari cerita Panji. Cindelaras menggambarkan intrik-intrik di istana. Kisah yang banyak dikenal di kalangan masyarakat Jawa.

Tokoh kisah ini adalah Raden Putra. Dia putra raja Kerajaan Jenggala. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati. Selain itu, Raden Putra memiliki selir yang cantik jelita. Tetapi, si selir memiliki sifat iri dan dengki pada permaisuri. Ia menyiapkan rencana buruk.”Aku harus mencari akal untuk menyingkirkan permaisuri,” pikirnya.

Dalam menjalankan rencana jahatnya, selir baginda mengajak tabib istana berkomplot. Selir berpura-pura sakit parah. Lantas, tabib istana menuduh seseorang berperilaku jahat serta menaruh racun dalam minuman selir raja. Orang yang dituduh permaisuri. 

Baginda murka dan memerintahkan patihnya membuang permaisuri ke hutan. Padahal, permaisuri dalam kondisi mengandung. Sang patih mematuhi perintah raja membawa permaisuri ke hutan. 

Tapi, patih orang yang bijak. Dia tidak mau membunuh permaisuri. Rupanya, dia mengetahui niat jahat selir. Untuk mengelabui raja, patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci. 

Selang beberapa bulan di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu diberi nama Cindelaras. Cindelaras tumbub menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Sejak kecil, dia berteman dengan satwa penghuni hutan belantara. 

Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur. “Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu kepadaku.” 

Setelah 3 minggu, telur itu menetas. Cindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin. Anak ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada satu keanehan. Bunyi kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan! 

Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra, Raja Keraton Jenggala…”

Mendengar suara kokok ayamnya, Cindelaras takjub. Dia memperlihatkan keanehan ayam pada bundanya. Ibu Cindelaras lantas mengisahkan kenapa mereka terbuang di hutan. 

Mendengar cerita ibunya, Cindelaras bertekad datang ke istana. Menemui raja dan membeberkan kejahatan selir. Setelah diijinkan ibunya, Cindelaras pergi ditemani ayam jantannya. 

Saat perjalanan, sejumlah beberapa orang tengah menyabung ayam. Melihat Cindelaras membawa ayam, para penyabung ayam memanggilnya. Dia ditantang mengadu ayamnya. Cinderalas menerima tantangan itu. 

Ternyata, ayam jantan Cindelaras bertarung dengan sangat kuat. Ayam Cindelaras dapat mengalahkan lawan-lawannya. Ayam Cindelaras benar-benar tangguh dan tidak terkalahkan. 

Kabar kehebatan ayam Cindelaras menyebar cepat. Sang Raja Raden Putra juga mendengar berita itu. Raja meminta hulubalangnya mengundang Cindelaras. 

“Hamba menghadap paduka raja,” tutur Cindelaras dengan bahasa yang santun. Baginda terkesan dengan tutur kata Cinderalas yang sopan. Wajahnya tampan. “Sepertinya. dia bukan keturunan rakyat jelata,” pikir raja. 

Raja lantas menyatakan akan mengadu ayamnya. Cindelaras menyanggupi tantangan itu. Cindelaras menyatakan, kalau ayamnya kalah, ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya menang, maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras.

Dua ekor ayam itu bertarung dengan seru. Tapi, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam jago raja, dalam waktu singkat. Para penonton mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya. “Aku akan menepati janjiku. Akan tetapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda?” tanya Raden Putra. 

Cindelaras segera membungkuk seperti membisikkan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa lama ayamnya segera berbunyi. “Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra, Raja Keraton Jenggala…”

Baginda raja keheranan. “Benarkah itu?” tanyanya. “Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri baginda.”

Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri. 

Hati Raden Putra bercampur aduk. Dia menyesali keputusannya yang buru-buru membuang permaisuri. Namun, dia juga murka pada selirnya.  Selir Raden Putra lantas dibuang ke hutan. Raden Putra segera memeluk Cinderalas serta meminta maaf atas kesalahannya. Setelah itu, Raden Putra dan hulubalang segera menjemput permaisuri ke hutan. 

Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya serta memerintah negerinya dengan adil dan bijaksana. 

Dikutip dari:

Tim Kediriapik
Berikutnya

Terkait Posting

Komentar